Friday, June 8, 2012

Ngesex Di Dalam Bioskop

Pada akhir Januari 2004, aku dan pacarku (Michael) menonton film Lord Of The Ring 3 di sebuah mall besar di Jakarta Barat. Film dimulai sekitar jam 4 sore.Karena keberuntungan saja, kami dapat tiket pada kursi deretan paling atas (berkat mengantri 5 jam sebelumnya) walau berada di hampir pojok kanan. Film ini sangat digandrungi anak-anak muda saat itu, jadi kami perlu memesannya jauh sebelum film dimulai.



Aku sebenarnya kurang begitu suka film seperti ini namun karena pacarku terus membujuk, akhirnya aku ikut saja. Lagipula aku merasa tidak rugi berada di dalam bioskop selama 3 jam lebih karena memang selama itulah durasi film tersebut.

Setelah duduk di dalam bioskop, kami membuka ‘perbekalan’ kami (berhubung selama 3 jam ke depan kami akan terpaku di depan layar). Aku mengeluarkan popcorn dan minuman yang telah kami beli di luar.

Michael duduk di sebelah kiriku. Dua bangku paling pojok di sebelah kananku masih kosong. Beberapa menit kemudian, trailer film-film sudah mulai diputar. Menjelang film Lord Of The Ring dimulai, seorang pria bersama pacarnya duduk di sebelah kananku. Aku hanya dapat melihatnya samar-samar karena suasana di dalam ruangan itu sangat gelap.



Pria itu duduk tepat di sebelah kananku dan pacarnya di sebelah kanan pria itu. Mereka pun mengeluarkan makanan dan minuman untuk disantap selama film diputar.

Sepuluh menit berlalu setelah film tersebut berjalan. Aku sekilas melihat pria di sebelahku menaruh tangan kirinya di alas lengan di antara kursi kami berdua. Sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan pacarnya.

Ia mengenakan sebuah cincin dengan hiasan batu cincin besar yang sangat mencolok di jari tengah tangan kirinya. Dan di jari manisnya ia mengenakan sebuah cincin yang sangat sederhana. Menurut analisaku pria ini telah menikah. Selain dari cincin yang kuduga adalah cincin pernikahan, aku juga melihat sekilas wajah pria itu.

Kulitnya lebih hitam dari kulitku yang putih (aku dari keturunan chinese). Dari wajahnya aku memperkirakan umurnya sekitar 35-an. Akan tetapi aku tidak sempat melihat wanita yang datang bersamanya (istrinya?). Pikiranku menduga-duga apakah pria ini sedang berselingkuh dengan wanita lain. Namun segera aku tepis pikiran itu dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa pria itu sedang bersama istrinya dan tidak perlu aku berprasangka buruk terhadap mereka.

+/- tutup/baca lebih jauh…
Aku kembali berkonsentrasi pada film di layar di hadapanku sambil menikmati kudapan. Sesekali Michael juga meraup popcorn yang kupegangi itu. Michael begitu serius menonton. Memang ia sangat menyukai film yang merupakan akhir dari 2 seri sebelumnya. Setengah jam kemudian, semua makanan dan minuman yang kami beli tadi sudah habis.

Boleh dikatakan film itu sangat tegang. Dengan adegan perang yang sangat seru, mataku mau tidak mau terpaku pada layar. Pada satu adegan yang mengejutkan, aku sampai terlonjak dan berteriak. Michael meraih tangan kiriku dan menggenggamnya dengan lembut. Aku pun semakin mendekatkan diri padanya karena memang pada dasarnya aku takut menonton adegan perang.

Dari ujung mataku, aku merasakan pria di sebelahku memandangi kami (atau aku?). Karena pria itu hanya sebentar saja memandangi kami, aku tak menggubrisnya. Akan tetapi makin lama, pria itu semakin sering dan semakin lama memandangi kami. Aku menyempatkan diri untuk melirik ke arahnya dan benar dugaanku bahwa pria itu memang memandangi kami, atau lebih tepatnya ia memandangi aku.

Walau merasa risih, aku memutuskan untuk mengacuhkan pria itu. Untunglah film itu terus menerus mengetengahkan adegan-adegan yang seru sehingga aku dapat dengan mudah melupakan pria itu.

Film telah berlangsung hampir setengahnya. Michael berkata bahwa ia ingin buang air kecil. Dalam gelap, ia meninggalkanku (kebetulan film bukan sedang adegan yang seru).

Setelah Michael hilang dari pandanganku, tiba-tiba pria itu menepuk lenganku dan berkata, “Sudah baca bukunya?”

Aku terlonjak karena kaget tiba-tiba diajak ngobrol seperti itu di tengah pemutaran film. Seingatku aku tidak pernah berbicara dengan orang asing di dalam bioskop (apalagi saat film sedang berlangsung).

Aku mengira-ngira apa yang dimaksud dengan pertanyaan pria itu. Aku rasa ia menanyakan tentang buku Lord Of The Ring 3. Aku menjawab singkat, “Belum.”

Entah mengapa jantungku jadi berdebar kencang. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatiku. Campuran antara kaget, curiga, penasaran dan… takut. Dari awal berbicara denganku, pria itu menatap mataku dalam-dalam seperti sedang membaca pikiran dalam benakku.

“Sayang sekali. Baca dulu deh, baru bisa lebih menikmati filmnya,” pria itu menyanggah dengan suara yang dalam namun pelan.

Setelah itu ia kembali menatap ke depan dan meneruskan menonton. Aku ditinggalkan dalam perasaan yang tidak menentu dan agak kosong. Anehnya aku merasa seperti ingin menangis. Pada saat itulah Michael kembali.

Aku tidak menceritakan kejadian aneh itu kepadanya. Mungkin karena aku tidak ingin mengganggu kenikmatannya menonton film itu. Tapi alasan yang lebih menonjol adalah timbulnya rasa takut untuk menceritakannya kepada pacarku saat itu.

Aku berusaha untuk menonton lagi walau pikiranku terus melayang ke sana kemari. Ketika pikiranku berputar-putar tak tentu arah, tiba-tiba aku merasakan ada yang menyentuh pundak kananku.

Awalnya aku mengira Michael yang menyentuhnya. Tetapi setelah kuperhatikan, ia sama sekali tidak bergerak (ia masih serius memperhatikan layar bioskop).

Aku melihat ke belakangku. Tidak ada apa-apa karena memang kami duduk di baris paling belakang. Aku melihat ke sebelah kananku dan mendapati pria itu sedang menonton dengan asik bersama istrinya.

Setelah lelah mencari-cari, aku kembali menonton. Dalam hati aku masih mencari-cari apa yang menyentuh pundakku itu. Tadi aku benar-benar merasakan sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku yakin benar. Namun aku jadi bingung karena tidak melihat adanya orang lain di sekitarku yang mungkin melakukannya.

Kepalaku menjadi pusing dan berputar. Aku merasa mual dan tidak enak badan. Aku menutup mataku untuk menenangkan pikiranku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan diriku seperti sedang mengapung di air yang sejuk dan tenang. Semua perasaan tak enak tadi sekonyong-konyong lenyap begitu saja dan digantikan dengan perasaan nyaman dan santai.

Mataku masih terpejam pada saat aku kembali merasakan sebuah tangan menjamah pundak kananku. Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku melirik ke pria di kananku. Ia duduk berdempetan dengan istrinya. Pria itu sedang merangkul pundak istrinya.

Kecurigaanku padanya langsung hilang begitu mengetahui ia tidak sedang berada dekat dengan tubuhku. Aku menengok ke Michael dan juga mendapati ia sedang asyik menonton. Dengan adanya perasaan sebuah tangan sedang merangkul pundakku, aku meneruskan menonton sambil mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. Usahaku sia-sia.

‘Tangan’ di pundak kananku bergerak-gerak ke atas dan ke bawah seperti sedang mengusap-usap lembut tubuhku. Kemudian aku merasakan ada angin hangat berhembus perlahan meniup bagian kiri leherku.

Aku langsung menengok ke arah datangnya angin itu. Tidak ada apa-apa. Michael sedang duduk melipat tangan di depan dadanya sambil bersilang kaki.

Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku merasakan leherku dijilat. Ya, aku benar-benar merasakan sebuah lidah yang hangat dan basah menyapu leherku itu. Bulu kudukku spontan meremang.

Langsung aku menengok lagi sambil mengusap leherku pada bekas jilatan itu. Kering. Tidak basah sama sekali. Dan tidak ada apa-apa di sampingku.

Michael rupanya agak terganggu dengan kegelisahanku. Dia menanyakan ada apa. Aku tidak memberitahukannya. Aku menyuruhnya untuk kembali menonton.



Michael kembali menonton. Ia menggenggam tangan kiriku dan mendekatkan tubuhnya sehingga lengan kanannya menempel dengan lengan kiriku. Aku masih merasakan pundak kananku dirangkul oleh ‘tangan’ yang tak nampak.

Dalam posisi yang lebih dekat dengan pacarku, aku bisa menjadi lebih tenang. Namun perasaan tenang itu hanya sebentar.

Kuping kiriku dikecup dengan lembut. Aku menengok ke kiri. Tetap saja tidak ada apa-apa selain Michael yang sedang menatap serius layar di depan.

Aku mulai panik. Jangan-jangan ada mahluk halus di dalam bioskop itu, pikirku. Aku merasakan kembali kecupan itu. Mulai dari telingaku lalu bergerak ke bagian belakangnya.

Pada saat kecupan itu menghampiri belakang telingaku, darahku mendesir dengan kuat. Jantungku berdebar. Hanya Michael (dan diriku tentunya) yang tahu bahwa belakang telinga merupakan titik erogenku (erogen = daerah pada tubuh yang sensitif terhadap rangsangan sexual).

Aku melepaskan nafas yang panjang melalui mulutku sambil mengubah posisi duduk. Michael melihat perubahan pada diriku. Tentu ia mengira aku bosan karena setelah itu ia mengusap-usap tanganku yang digenggamnya.

Entah apa yang sedang terjadi pada diriku. Hanya karena Michael mengusap-usapkan jari-jarinya di tanganku, aku menjadi terangsang. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Walau kami sudah berpacaran lebih dari setahun, aku tidak pernah berbuat jauh selama berpacaran dengan Michael. Tidak pernah melebihi ciuman di kening, pipi dan bibir. Aku tahu sebenarnya diriku tergolong gadis yang tidak tertarik akan hal-hal yang berbau sex, boleh dibilang: frigid.

Baru akhir-akhir ini saja aku mulai melayani Michael dengan tanganku. Pertama kali memegang penisnya, aku merasa risih dan agak jijik. Namun setelah melakukannya dua atau tiga kali, aku dapat mengatasi perasaan tersebut.

Hal yang paling menarik dalam memberi Michael ‘hand-job’ adalah pada saat dirinya berejakulasi. Melihat dirinya mengejang-ngejang sangatlah menarik dan sexy. Juga sebelumnya aku tidak pernah membayangkan seorang pria dapat menyemprotkan cairan seperti itu.

Michael pernah memintaku untuk menghisap kemaluannya. Tentu saja aku tolak. Dan untunglah sampai saat ini ia tidak pernah memintanya lagi.

Michael juga tidak pernah menjamah tubuhku. Sentuhan-sentuhannya paling hanya berkisar pada lengan dan wajahku. Aku tidak akan mengijinkannya menjamah dadaku terlebih lagi kemaluanku, dan ia tahu itu. Aku takut kami tidak dapat mengendalikan diri sehingga akhirnya kami kebobolan. Aku ingin agar hubungan sex kami dilakukan pada malam pertama yang sakral. Singkat kata, kami menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konservatif. Sampai saat ini aku masih perawan dan begitu pula Michael (setidaknya ia mengaku demikian). Michael merupakan pacar pertamaku sedangkan Michael sebelumnya sudah pernah satu kali berpacaran. Jadi saat itu adalah pertama kalinya aku mendapatkan ‘kecupan’ di belakang kuping. Michael pernah menyentuhnya dengan ujung jarinya dan itu saja sudah membuatku berdebar.

Aku tidak dapat berpikir banyak. Biasanya aku dapat mengatasi dorongan sexualku namun saat itu aku seakan jatuh ke dalam aliran sungai birahi yang deras dan hanyut terbawa arusnya.

Jantungku serasa akan mau copot pada saat kecupan itu bergerak turun ke leherku. Aku mengerang sedikit karena saat sadar apa yang kuperbuat, aku segera menghentikan eranganku. Michael tidak mendengar eranganku tadi.

Aku menoleh ke kanan untuk melihat apakah pria itu mendengar eranganku tadi. Rupanya pria itu sedang mencumbu istrinya. Bagus, pikirku. Dengan demikian ia tidak akan melihat atau mendengarkan diriku.

Sebenarnya aku agak risih berada di samping pria yang sedang mencumbu istrinya itu. Walau demikian aku mencuri-curi pandang ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Lewat ujung mataku, diam-diam aku memperhatikan sepasang insan yang sedang bercumbu itu.

Pria itu sedang menciumi leher istrinya. Tangan kanannya dirangkulkannya ke pundak istrinya. Istrinya terlihat sangat menikmati.

Saat tangan kiri pria itu memegang lengan kiri istrinya, aku juga merasakan ada sebuah tangan menyentuh bagian atas lengan kiriku. Aku kaget memikirkan kemungkinan yang terjadi saat itu. Tangan kiri pria itu menggenggam erat lengan kanan istrinya. Genggaman pada lengan kananku juga bertambah. Kecurigaanku semakin kuat.

Entah bagaimana, semua perbuatan pria itu pada istrinya juga dirasakan oleh tubuhku. Aku sangat takut. Memikirkan kemungkinan yang dapat terjadi kemudian, jantungku seperti berhenti berdetak.

Perasaan pusing dan berputar itu kembali muncul seiring dengan usahaku untuk ‘membebaskan diri’. Semakin aku berusaha, kepalaku semakin sakit.

Akhirnya aku menyerah dan tidak memberikan perlawanan lagi. Aku membiarkan semua ‘perasaan’ yang muncul saat itu.

Pria itu menarik wajah istrinya mendekat lalu memagut bibirnya. Pagutan mulut pria itu pada istrinya terasa jelas pada bibir mulutku. Setiap sentuhan, tekanan serta usapan bibir dan lidah pria itu semua kurasakan pada bibir dan mulutku. Aku menutup mulutku rapat-rapat namun masih saja merasakan pagutan yang kian memanas.

Aku tahu lidah pria itu sedang bermain-main dengan lidah istrinya karena lidahku pun merasakan sensasi itu. Mendapati diriku menikmati semua itu membuat malu diriku. Aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini pada saat berciuman dengan Michael.

Setelah pria itu melepaskan mulutnya dari bibir istrinya, wanita itu tampak terengah-engah. Sialnya, aku pun mengalami hal yang sama. Dadaku naik turun terengah-engah, seperti baru selesai berlari.

Untunglah sampai saat itu, baik pria itu maupun Michael tidak memperhatikan diriku. Lalu pemikiran itu muncul. Jangan-jangan pria di sebelahku itu memang sedang mengguna-gunai aku dengan pelet, hipnotis, guna-guna atau hal-hal lain yang sejenisnya. Jika benar demikian, berarti seharusnya ia tahu apa yang sedang terjadi pada diriku.

Aku teringat perkataan pendetaku di gereja, bahwa orang beriman tidak bisa kena guna-guna atau pelet. Hatiku mencelos. Sudah sekian lama aku tidak beribadah kepada Tuhan. Seharusnya dua minggu lalu, aku menerima ajakan temanku untuk ke gereja bersamanya. Namun aku malah pergi bersenang-senang ke mall.

Penyesalanku menguap dengan cepat pada saat aku merasakan payudaraku ‘dijamah’. Jamahan itu tidak terlalu terasa. Aku melirik ke kanan. Pria itu sedang menggerayangi dada istrinya.

Untungnya aku tidak terlalu merasakan apa-apa pada saat itu. Belum pernah aku disentuh oleh orang lain pada daerah dadaku. Boleh dikatakan saat itu merupakan pertama kalinya aku merasakan sentuhan (walau secara tak langsung) pada payudaraku. Dan rupanya tidak senikmat seperti yang kudengar dari omongan orang.

Akan tetapi aku harus segera meralat pendapatku itu. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam kemeja istrinya. Tangannya hilang di balik kemeja tersebut sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya.

Detik berikutnya sungguh membuatku melambung tinggi. Aku merasakan dengan sangat jelas, jari-jari pria itu memuntir lembut puting susu istrinya. Aku memejamkan mataku sambil mengatur nafasku yang mulai tak teratur karena secara tak langsung aku pun merasakan jemari pria itu menari-nari pada payudara dan puting susuku.

Sejenak aku merasa jijik pada pria itu tetapi setelah beberapa saat perasaan yang tinggal hanyalah birahi semata. Selama ini aku mengira bahwa aku tidak akan pernah menikmati hal-hal sexual seperti ini. Sekarang aku merasakan yang sebaliknya.

Pilinan jari-jari pria itu membuat darahku lebih menggelegak dibanding sensasi dari ciuman di belakang telingaku. Aku tidak pernah menyadari bahwa payudaraku (terutama putingnya) sangat sensitif. Sejak saat itu aku baru tahu bahwa daerah payudara juga merupakan titik erogen pada tubuhku.

Belum sempat aku mengikuti pacu detak jantungku, aku merasakan pria itu menyentuh bagian dalam paha istrinya. Kemudian pria itu mengusap kemaluan istrinya. Usapannya terasa seperti terhalang sesuatu (yang akhirnya kutahu bahwa ia mengusap kemaluan istrinya yang masih tertutup celana dalam).

Aku membuka mataku dan menoleh sedikit ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Dengan tangan kanannya, ia memain-mainkan payudara istrinya dan tangan kirinya merogoh selangkangan istrinya. Saat itulah aku dapat dengan lebih jelas melihat istrinya.

Wanita itu sangat cantik (jauh lebih cantik dariku). Bila ia mengaku dirinya artis dengan mudah aku akan percaya. Kulitnya sedikit lebih putih dibanding suaminya namun masih lebih gelap dari kulitku. Rambutnya panjang agak ikal. Dari wajahnya ia terlihat begitu menikmati sentuhan-sentuhan suaminya (yang secara tak langsung juga kunikmati). Ia mengenakan kemeja yang sudah terbuka kancing-kancingnya dan memakai rok pendek.

Kemudian dari balik celana jeans yang kukenakan saat itu, aku merasakan sebuah jari (yang sangat panjang) mengusap sekujur bibir kemaluanku. Usapan itu terasa begitu panjang dan lama. Aku sempat menggigil karena terjangan sensasi yang menghambur dari selangkanganku menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dan berlari meninggalkan bioskop itu. Aku tidak mengatakan apa-apa pada Michael. Lagipula ia sedang asik menonton (waktu itu sedang adegan perang yang terakhir).

Aku melompati dua anak tangga sekaligus untuk keluar dari ruangan itu. Aku bergegas menuju WC berharap semua sensasi pada tubuhku dapat hilang seiring dengan menjauhnya diriku dengan pria itu. Dugaanku salah.

Sepanjang jalan menuju WC, aku terus merasakan pria itu mengoles-oles jarinya di sepanjang bibir kemaluan istrinya. Sedikit demi sedikit jarinya semakin masuk lebih dalam. Cukup sudah, pikirku. Hentikan! Aku tak tahan lagi terhadap gemuruh birahi dalam tubuhku.

Aku merasa liang kewanitaanku menjadi agak basah. Aku hampir tidak pernah ‘basah’ di bawah sana bahkan pada saat sedang berciuman dengan Michael. Paling sesekali aku menjadi ‘basah’ pada saat sedang memberikan ‘hand-job’ pada Michael.

Pintu WC kubuka dan aku lega karena tidak ada orang di dalamnya. Aku masuk ke salah satu ruang toilet dan segera menguncinya. Pada saat itulah aku tersentak karena kaget dan sedikit sakit. Pria itu memasukkan jarinya ke dalam vagina istrinya. Aku merasa jari itu begitu besar dan panjang seakan menyentuh ujung rahimku. Untuk sesaat jari itu tidak bergerak di dalam vagina istrinya. Bukan hanya jari itu yang tidak bergerak, tubuhku juga tidak bergerak karena shock.

Cerita Seks - Aku merasakan jari pria itu jelas-jelas menembus liang kewanitaanku yang berarti selaput daraku sudah sobek. Setelah dapat menguasai diriku kembali, aku segera membuka celana jeansku untuk melihat apakah ada darah yang keluar dari kemaluanku. Tidak ada. Tidak ada bercak merah pada celana dalamku. Yang ada hanya cairan bening (agak putih) yang keluar dari kemaluanku sebagai pelumas.

Tak lama setelah itu, secara perlahan ia menggerak-gerakkan ujung jarinya seperti sedang mengorek-ngorek. Kakiku menjadi lemas seakan berubah menjadi agar-agar. Aku segera duduk di closet untuk menenangkan diri.

Nafasku semakin memburu. Desahan demi desahan keluar dari mulutku seiring dengan gerakan ujung jari itu. Seluruh tubuhku terasa panas dan gerah.

Gerakan jari pria itu sekarang berubah menjadi gerakan maju dan mundur. Gerakannya sangat pelan namun sensasi gesekan kulit jari pria yang besar itu terasa begitu jelas pada dinding vaginaku. Seakan jari pria itu benar-benar maju mundur dalam diriku.

Bersamaan dengan itu, aku mendengar pintu WC dibuka dan terdengar seseorang masuk. Aku menutup kuat-kuat mulutku sendiri dengan kedua tanganku. Aku tidak ingin orang lain mendengar aku mendesah-desah di dalam toilet.

Sulit sekali menghiraukan rangsangan yang begitu hebat yang melanda tubuhku saat itu. Aku berkali-kali harus menggigit bibir bawahku agar tidak bersuara.

Pria itu sedikit mempercepat gerakan jarinya namun semakin lama hujaman jarinya itu terasa semakin mendalam. Pintu WC kembali dibuka. Aku masih menekap mulutku dengan kedua tanganku sambil mendengar apakah benar orang yang tadi masuk sudah keluar (atau jangan-jangan ada orang lain lagi yang masuk ke WC).

Setelah memastikan tidak ada orang lain di dalam WC, aku melepaskan kedua tanganku dari atas mulutku dan kembali ‘bersuara’. Rupanya pria itu sudah tidak memain-mainkan payudara istrinya karena aku baru saja merasakan tangan yang satunya memilin klitoris istrinya. Saat itu pula aku mengerang keras (aku tak peduli lagi apakah ada yang mendengar).

Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Aku bergetar karena terangsang dan juga malu karena menikmati semua itu. Jika aku tidak berkeinginan kuat untuk memegang komitmen menjaga keperawananku sampai menikah, aku benar-benar ingin mencoba berhubungan sex dengan Michael setelah ini.

Pria itu menghujamkan jarinya dalam-dalam dan diam tidak bergerak. Lalu ujung jarinya bergetar-getar kecil. Wow, aku benar-benar dibawa melambung semakin tinggi. Lalu seperti tiba-tiba, pria itu mengeluarkan jarinya. Dalam hatiku berkecamuk perasaan antara lega dan kesal karena semua itu kelihatannya sudah berakhir.

Aku terdiam. Dorongan sexual masih berkobar dalam diriku. Namun aku terus berusaha untuk menurunkan tekanan dalam diriku itu. Lima menit aku seperti terkulai lemas tak berdaya duduk di closet sambil mengejap-ngejapkan mataku dan mengatur nafasku yang menderu-deru.

Pada saat aku masuk ke bioskop kembali ke tempat dudukku, aku hampir tak berani menatap pria itu. Dari ujung mataku aku merasa ia memandangi aku dengan senyum penuh kemenangan. Segera aku duduk dan memeluk lengan pacarku.

Dua puluh menit kemudian film berakhir. Aku mengajak Michael untuk segera meninggalkan ruangan itu sehingga tidak perlu bertatapan dengan pria di sebelahku. Michael menurut saja.

Akhirnya kami bergabung dengan gerombolan orang-orang yang berdesakan ingin segera keluar dari bioskop. Pria itu dan istrinya tidak beranjak dari tempat duduknya. Betapa leganya aku mengetahui semuanya itu sudah berakhir.

Namun sekali lagi aku salah. Setelah keluar dari ruangan itu, kami tidak langsung pulang (walau sudah malam). Kami berjalan-jalan di mall. Kebetulan aku hendak membeli kemeja untuk kerja (maklum aku baru kerja satu bulan).

Sekitar satu jam setelah keluar dari bioskop, selagi kami berjalan-jalan di R*** (departemen store), tiba-tiba aku mulai merasakan sensasi seperti tadi di dalam bioskop. Payudaraku terasa seperti diremas-remas. Kali ini remasan itu terasa pada kedua payudaraku.

Hatiku mencelos dan berpikir jangan-jangan pria itu kembali bercumbu dengan istrinya. Namun kali ini ia melakukannya tanpa ‘foreplay’ terlebih dahulu.

Hanya selang beberapa menit aku kembali dikuasai oleh birahiku yang meletup-letup. Michael yang kugandeng sedari tadi belum menyadari perubahan pada diriku.

Namun pada saat aku merasakan jari pria itu menyentuh kemaluan istrinya, aku terdiam dan berdiri tegang. Michael tersentak karena aku berhenti secara tiba-tiba. Ia menanyakan ada apa. Aku belum bisa menjawabnya. Mulutku kelu dan hatiku berdebar keras. Aku hanya dapat berharap ia tidak mendengar dentum jantungku.

Sepuluh detik kemudian aku memberi alasan bahwa aku teringat akan suatu hal namun sudah lupa lagi saat itu. Michael tampaknya mempercayainya.

Jari pria itu secara perlahan membuka mulut bibir vagina istrinya, aku dapat merasakan tiap sentuhannya. Dengan sangat amat perlahan jari itu menembus masuk ke dalam liang kewanitaannya. Aku harus berpegangan erat pada rak (tempat digelarnya baju-baju obral) agar tidak jatuh. Michael masih tidak memperhatikanku.

Jari itu terasa begitu besar bahkan terasa lebih sakit dari saat jarinya pertama kali menembus vaginanya tadi di bioskop. Tiba-tiba aku baru menyadari bahwa yang masuk ke dalam liang kewanitaannya itu bukanlah jari melainkan penis.

Memikirkan hal itu membuat jantungku seperti dihempas dari atas gedung lantai 10. Seperti inikah rasanya bila penis seorang pria menerobos masuk ke dalam diriku. Sakit. Otot-otot vaginaku terasa seperti akan robek.

Detik-detik berikutnya sama sekali tidak dapat kuduga bahwa ada sensasi yang begitu nikmat dalam hidup. Pria itu menggerak-gerakkan penisnya maju mundur. Bersamaan dengan itu, ia memain-mainkan klitoris istrinya.

Serta merta lututku langsung terasa hampa dan aku terpuruk jatuh ke lantai seperti boneka tali yang diputuskan tali penyangganya. Michael panik melihat diriku yang terjatuh itu, namun tidak sepanik diriku. Beberapa orang di sekitar kami, memandangi aku dengan pandangan bingung.

Aku berusaha bangun tapi sensasi kenikmatan itu terus menghantam diriku bertubi-tubi sehingga semua usahaku sia-sia. Rasa takut dan malu mulai menyelimuti hatiku. Jangan sampai orang-orang itu tahu apa yang sedang terjadi. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi pada diriku, aku membatin.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku mulai berdoa, meminta ampun pada Tuhan dan mohon pertolonganNya. Sekejap mata semua sensasi itu lenyap musnah.

Michael sudah berhasil memapah aku untuk berdiri. Aku juga sudah dapat menguasai diri lagi. Sebelum sempat ia bertanya, aku memberi alasan bahwa aku kurang enak badan dan minta segera diantar pulang.

Sesampai di rumah Michael kusuruh segera pulang (karena sudah larut malam). Aku segera masuk ke dalam kamar dan bersiap tidur. Aku kembali memikirkan apa yang terjadi tadi. Malam itu aku mendapat pengalaman yang benar-benar tak dapat kulupakan.

Aku tahu aku masih perawan (secara fisik) namun secara batiniah aku merasa keperawananku telah direnggut oleh pria itu. Walaupun begitu aku bersyukur tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk tadi. Aku juga berjanji untuk lebih mempertebal imanku sehingga tidak mudah diguna-guna oleh orang lain.

Anehnya terlintas sekelebat di benakku agar dapat merasakan kembali apa yang telah aku rasakan di mall tadi. Apa ruginya, pikirku. Selaput daraku masih utuh namun aku dapat merasakan nikmatnya berhubungan sex dengan pria. Namun mengingat janjiku kepada Tuhan barusan, aku membuang jauh-jauh pikiran itu.

Sekarang aku tidak lagi menilai diriku sebagai wanita frigid. Aku merasa nyaman dengan sexualitas diriku dan kini aku lebih terbuka akan hal-hal yang berbau sex. Tetapi aku tetap saja menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konvensional pada Michael, pacarku.

Selesai.

Pembantu Yang Pasrah

Perkenalkan nama saya Jonathan (24 tahun). Saya ingin menceritakan sebuah pengalaman sex dengan pembantu rumah tangga yang terjadi sekitar 9-10 tahun yang lalu. Aku masih seorang remaja yang sedang mencari jati diri dan haus akan sex.

Kisah ini 100% fakta dan nyata terjadi, ketika seorang pembantu rumah tangga memuaskan hasrat sexku dan aku dapatkan dengan sedikit paksaan dan ancaman. Beginilah kisah tersebut.

Aku memang hanya memiliki seorang pembantu rumah tangga. Sebenarnya memang tidak sexy dan tidak cantik, hanya saja namanya remaja tanggung seumuran itu tidak mempedulikan masalah itu, yang penting coba dan berhasil terlaksanakan. Sudah cukup.

Pembantuku ini bernama Nur (28 tahun). Daerah asal aku sudah lupa. Kulitnya sawo matang, rambut lurus pendek sebahu, agak sedikit gemuk dan sedikit bantet, ukuran dada kecil dan pantat agak sedikit lebar cuma montok berisi.
Nur memang pembantu centil apabila sedang pacaran ditlp atau di depan rumah, padahal dia sudah mempunyai suami di kampung. Terkadang memang aku suka mengintip dia mandi hanya saja kurang begitu jelas.

Setiap malam, Nur kalau sudah di kamar dan akan segera tidur pasti melepas bra, karena sudah beberapa kali aku melihat kamarnya dari jendela dia melepas bra saat mau tidur. Pernah suatu malam aku nekad masuk kamarnya dan meraba payudaranya (memang kecil) yang merupakan pengalaman pertamaku menyentuh tubuh wanita. Lalu aku raba puting susunya. Tidak lama aku keluar. Sering aku begitu dan tidak pernah ketahuan.

Sampai suatu kali aku melihat handphonenya di meja, karena iseng aku baca saja. Ketika sedang asik membaca dia datang dan berlari berusaha merebut, namun aku lebih cekatan. Ternyata Nur punya selingkuhan. Ia meminta hpnya dikembalikan. Tiba-tiba akalku licik. Aku ancam saja akan kulaporkan suaminya. Nur pucat dan masih dengan nada agak keras berusaha mengancamku balik. Namun aku bilang aku hanya tinggal menelpon suaminya dan memperlihatkan bukti yang tidak dapat terelakan lagi.


Cerita Seks - Sampai akhirnya ia memohon dan berkata ingin melakukan apapun untuk saya. Langsung saja aku katakan bahwa aku ingin berhubungan sex dengan dia. Dia shock dan memaki aku gila dan sebagainya, aku hanya membalikan ke persetujuan. Sampai akhirnya nego, dapat kesepakatan bahwa semua bebas tapi tidak boleh hub sex.

Aku simpan dulu hpnya dalam brankas kecilku. Saat itu Nur sedang menyapu ruang tamu. Setelah aku simpan hpnya, aku melihat dia masih menyapu. Aku menghampirinya lalu menyentuh payudaranya, ia agak menepis dan menjauh, namun berusaha adaptasi. Sambil ia menyapu aku bebas menikmati meraba toketnya walaupun kecil yang penting ada gundukan dan bisa mainin puting susu. Nur ternyata sudah melepas bra, mungkin dia berpikir tanggunglah.

Kemudian aku meminta untuk dia tiduran diranjangku tapi hanya mengenakan cd. Nur menuruti, kita berjalan ke kamarku sambil meremas toketnya. Sampai kamar kubuka baju Nur dan celananya, meniduri dia diranjang telentang. Dari samping kuremas toketnya dan memandanginya dimana pertama kali melihat toket asli. Kujilatin puting susunya. Namun karena sudah perjanjian tidak boleh ngentot. Jadi aku hanya peting saja dimemeknya. Sampai aku 'crot' dan juga membuatnya basah.

Kemudian aku menyuruh dia mandi sambil aku di dalam melihat dia mandi. Tentu saja membuka semua. Memeknya tertutup jembut lebat dan aku sangat terangsang saat itu. Aku langsung menempel tubuhnya yang basah dari belakang. Hingga kontolku nempel dipantatnya, lalu sebelah tangan menggerayangi toket dan sebelahnya lagi memek. Sambil menggesekan kontolku dibelahan pantatnya dan 'crot' dibelahan pantat. Perjanjian ini berlaku 5 hari. Setiap diperlakukan begitu, wajahnya biasa saja, tidak ada seperti merasakan apapun. Sampai mulai hari ke 4 dan 5 ia mulai lebih kelihatan menikmati.

Hari ke-4 dan ke-5 dibumbui ciuman bibir dan lidah, kontolku disepongin sampai 'crot' namun sesuai perjanjian kami tidak ngentot sampai hp kembali. Pada hari kelima, saat dia sedang menarik aku ke kamar lalu memasukan tanganku ke dalam baju daster terusan sampai paha lewat sedikit (mini) dan menaruh ditoketnya untuk diremas seperti biasa, lalu karena itu dress, maka memeknya pun pasti terlihat karena baju diangkat. Aku bilang bahwa ini hari terakhir. Dia hanya diam dan bertanya mana hpnya. Aku bilang saja setelah beres.

Kemudian ia meraba kontolku dan memasukan tangan ke dalam untuk mengeluarkan batang kontolku. Sambil aku meremas toketnya dan dia mengocok kontolku, birahiku semakin bertambah melihat memeknya dan bulu jembutnya yang lebat itu. Kemudian mendadak ia bertanya mana hpnya dan aku keluarkan saja dari kantong dan menaruh di meja.

Betapa terkejutnya aku tiba-tiba ia menyambar tubuhku, lalu ia menempelkan selangkangannya dan mengangkat kaki sebelahnya sambil mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku sangat terangsang dan semakin liar mencumbu toketnya. Sesaat kontolku masuk dan ia menggenjotnya naik turun dan bilang kalau selama disita tidak boleh hub sex, kalo sudah balik hpnya ya terserah dong.

Dengan posisi aku setengah duduk dan menyandar ke tembok, masih berpakaian namun celana dan celana dalamku sudah di bawah. Lalu dia dengan daster mini terusan yang terangkat sampai ketiak dan tidak memakai bra dan cd lagi menekan menindihku ditembok sambil memasukan kontolku ke memeknya dan tanganku terus ditaruh ditoketnya untuk meremas. Ia menekanku cukup kuat. Sudah selayaknya aku ini korban perkosaan. Nampak aku yang terhimpit tembok dan Nur dengan kaki sebelah diangkat dan memaju mundurkan pantatnya untuk mengocok kontolku keluar masuk. Nur mendesah-desah sampai ia tiba-tiba cipok bibirku dan menekan memeknya ke kontolku kuat-kuat. Lalu ia menghela napas panjang.

Lalu ia mencabut memeknya dan menggenggam kontolku yang masih tegak dan bertanya kenapa belum keluar. Lalu aku jawab saja jujur bahwa tidak lama lagi tadi sebenarnya sudah mau keluar. Ia hanya tersenyum sambil mengocok penisku perlahan, dan menciumi bibirku mesra. Lalu ia mengajak turun, hanya saja aku tidak boleh memakai celanaku dan cdku. Aku ikuti saja.

Ia membawaku ke kamar mandi lalu ia mengguyur badannya dengan air dan menyabuni tubuhnya dengan centil. Mengusap toketnya lama dan erotis sambil memilin pentil, lalu mengusap memeknya erotis. Hingga aku maju dan memasukan penisku ke memeknya. Lalu kuentotin dia dan ketika aku mau keluar dan dia keluar duluan sesaat sebelum aku, dia bilang keluarin dalem karena dia KB. 'Crot' sudah spermaku tumpah ke dalam memeknya. Kami cipokan sambil meraba-raba dulu karena kalau ortuku pulang kami harus seperti biasa.

Terkadang malam hari ketika semua udah tidur dia sms untuk ke kamarnya dan dia hanya mengenakan sarung dimana ia bugil total, sambil tidur tengkurep lalu aku naik ke atasnya dan mengangkat pinggangnya untuk doggy style.

Setiap di rumah dan siang hari, ketika aku pulang sekolah, aku selalu membuka sendiri. Ketika aku masuk, terkadang ia sedang ngepel dmn ia bungkuk dgn kaos tipis longgar dan tdk pakai bra dan cd. Toketnya yang sdkt lebih besar dari sblmnya menggelantung dan bergoyang. Setelah menaruh tas aku langsung membuka celana dan tdk basa basi masukin kontolku ke memeknya dari belakang.

Cerita Sex - Sekitar dua bulan kemudian, ia harus pulang ke kampung dan tidak bisa kembali lagi karena ibu sakit dan meminta ia segera punya anak. Kami berdua begitu sedih. Saat itu ia sedang berada di tmpt berjemur, kupeluk dari belakang sambil sebelah toket kuremas dan kuturunkan cdku untuk ngentot dengannya di teras hanya saja tidak mencolok karena kita msh berpakaian. Aku mengantarnya sampai kampung. Saat dikereta, beberapa kali kami ke WC berdua untuk ngentot. Lalu saat sudah sampai, sebagai perpisahan kita ngentot disemak-semak dekat dengan rumahnya, kami sampai malam hari. Lalu berpisah dengannya dan tidak tau kabarnya lagi sampai sekarang. Sekian.

Janda Muda Yang Agresif

Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat kos-kosan di Surabaya. Pada saat itu, pencarian tempat kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost-kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Varia. Usia Varia saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu.



Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Varia sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya.

Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Varia. Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokanku. Aku semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku.

“Awas kau.. entar kuperkosa baru tahu..” gertaknya.
“Coba kalau berani..” tantangku penuh harap.



Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki. Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu.

Aku meraih tangannya, Varia tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif. Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya.

“Oh.. ennaakk.. terussh..” desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku.

“Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat..” Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya.

Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya.

“Oh.. aduhh..” teriakku kenikmatan.

Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku.

“Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..”

Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Varia berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Varia tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya.

Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali. Kemudian, tanpa kuminta, Varia melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak.

“Ohh.. Teruss Ted.. Teruss..” desahnya.

Cerita BF - Kuhisap-hisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya. Tanganku mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumput-hitam yang tidak begitu tebal.

Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya.

“Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh.. Nikmat..”

Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra.

“Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.”

Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi.

“Srucuup-srucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..” teriakannya semakin merintih.

Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.

“Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.”

Ternyata Varia mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya. Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat.

Varia masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless..

“Oh.. enakk..”

Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Varia.

“Oh.. Variaa.. sayang.. enakk.”

Batang kontolku sepeti dipilin-pilin. Varia yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.

“Oh.. Ted.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..”

Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Varia.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah.

“Kamu di bawah ya, sayang..” bisiknya penuh nikmat.

Aku hanya pasra. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya. Varia dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya.

“Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..” erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.
“Oh.. Varia.. terus goyang sayang..” teriakku memancing nafsunya.

Benar saja. Kira-kira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam.

“Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..”

Ternyata Varia telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma.

Kemudian aku membalikkan tubuh Varia, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutar-mutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut.

“Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku keluuarr..”

Crott.. Crott.. Tttcrott.

Klik disini No Hp Tante Girang
KLIK DISINI!

Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Varia.

“Oh.. Ted.. kau begitu perkasa.”

Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Varia memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas kontolku.

Kemudian, tanpa kukomando, Varia berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Varia terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli.

“Ohh.. Varia.. Geli..” desahku lirih.

Namun Varia tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina varia membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku. Aku menempelkan bibirku dikelentit itu.

“Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh..” desisnya.

Varia menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan.

“Oh.. Terus.. Sss.” desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.

Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya.

“Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh” aku menyedot kuat lobang vaginanya.
“Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra.. Ssshhss..”

Cerita Panas - Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Varia merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya.

Varia terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocok-ngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara.

“Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss..” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Varia terus mempercepat gerakan kepalanya.
“Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh..”

Croott.. Croott.. Croot..

Maniku tumpah ke dalam mulutnya. Sementara varia seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar.

“Terimakasih sayang..” ucapku..

Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku.

“Ted.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.” Aku hanya terdiam.

Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Varia mengulum penisku. Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemut-emutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas.

Sekian.

Thursday, April 5, 2012

Skandal Sex Dengan Guruku

Cerita dewasa ini akan saya ceritakan khgususnya bagi anda para penggemar cerita dewasa dengan sedikit unsur cerita panas dan tentunya bendebarkan untuk anda baca, karena dengan membaca sebuah cerita dewasa gairah kita akan kembali membara dengan sedikit aroma adegan mendebarkan dari alur cerita yang kita baca nanti.
Mungkin anda sudah tidah sabar untuk membaca sebuah cerita dewasa yang kebetulan saya dapatkan juga dari situs internet yang lain, namun dalam cerita tersebut memang sangat hot sekali untuk anda baca. Namun sebelumnya saya juga peringatkan bagi anda yang belum dewasa saya harao jangan baca cerita dibawah ini :
Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”.
Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku.
Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.
Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.
Nah itulah cerita dewasa yang saya maksutkan tadi dan jika anda belum mnerasa puas dengan cerita diatas berita terbaru mempersilahkan anda untuk mencarinya lagi dari berbagai situs yang membahas tentang berbagai cerita dewasa dan sejenisnya. Sekian dulu dari saya semoga anda merasa senang dengan apa yang sudah saya berikan kepada anda semua.

with teacher sex scandal

Today's story I'll tell you the fans, especially for adults with a little story elements, and of course bendebarkan hot story for your reading, because by reading a story today we will be back burning passion with a hint of thrilling scenes from the story that we read later.
Maybe you've tidah wait to read a story that happened today I got also from other internet sites, but the story is indeed very hot one for you read. But before I warn those of you who have not grown harao I do not read the story below:
Just mention my name Etty (not actual), I was still at a private high school. I look exactly pretty, yellowish-white skin, slim body shape but contain dense, slender legs from the thigh to the leg, which is quite sensual lips, thick black hair loose and oval face. Pantatkupun breast and have a somewhat decent shape.
In the mix I'm pretty friendly so it is not surprising that at school I had many good friends children own class II or class I, I myself was still a class II. Men and women are all happy to hang out with. In kelaspun I was one of the students who have good intelligence, ranking sixth out of 10 best students while the increase of class I to class II.
Because kepandaianku mingle and make friends not infrequently good teachers like me in the sense of the word can be invited to discuss the lessons and other general knowledge. One of the teachers that I like is the father of English teachers, handsome ex-shaving with a fantastic beard around his face, is quite high (a little bit higher than I) and a slim but muscular enough. He is still single and that I'd heard he was only 27 years, including a bachelor still very ting-ting to the size of today.
One day after class sports (volley ball is my favorite) I sat down a break in the cafeteria with my friends the other, including the boy-boyfriend, while drinking iced syrup and eat snacks. We are the girls still wear sport shirts and the shorts. Indeed, there the girls look sexy because of her legs including thighs look quite beautiful and white.
Suddenly the father is an English teacher, let's call him Freddy (not true) and we all say, "Good morning .. AAK Paa", and he replied with a smile."Yes, morning all. Well, yes you are tired, exhausted to play volleyball. "I replied, "Yes sir ya, more heat. Done teach, yes sir ". "Yes, twelve and a half hours later I teach anymore, now would ngaso first".
Me and my friends asked, "wrote Sir Here, we just talk", he agreed."OK, one should not mind if you wrote"!Me and my friends say, "No, sir.", Then I replied again, "Once in a while, donk, we dijajanin Pak", and other friends, "Naa .. aa, betuu .. UUL. Setujuu .. ".When Mr. Freddy took a position to sit down immediately I came because I'm happy to be kegantengannya and cash I ngatain friends."Alaa .., Etty, directly deh, deket-deket, do not sir."Mr. Freddy replied, "Ah! Yes, ndak nothing ".
Then I happened to gaze a little flirting with one leg raised as if my body will correct shoes and because they still use a pair of shorts, it was obvious beauty of my thighs. Mr. Freddy smiled and seemed to pretend I'm sorry."Sorry, yes sir".
He replied, "That's OK". Inside I was laughing because it could affect the view of Mr. Freddy.On one Sunday I intend to go into the house of Mr Freddy and say goodbye to Mama and Papa to play a friend's house and came home late in the afternoon with a reason not to do homework together. By coincidence my mother and my father also permit granted. Today's most historic day in my life. When he arrived at the house of Mr Freddy, he's out of the shower and was surprised to see me.
"Eeeh, you Et. Tumben, what is it, how come alone? ".I replied, "Ah, not for fun wrote. Just want to know the father wrote home ".Then he took to get into, "Ooo, so. Come on in.. Sorry my little house like this. Wait, yes, I Paka © clothes first. " It seems Mr. Freddy wearing only a towel only. Soon after he came out and asked once again about my needs. I just explained, "Just want to ask a lesson, sir. Pak Kok very quiet, the house ".He smiled, "I am boarding here. Alone. "
Further discussion about the two of us English until lunchtime and Mr. Freddy said, "Let laper, Et".I replied, "Not bad, sir".Then he stood up from his seat, "You wait a minute, yes, at home. I want to shop around the corner there. Want to buy fried rice. Would you? ".Instantly I said, "Ok, ok wrote, sir.".
When Mr. Freddy go, I'm in his house alone and I walk up to the dining room and kitchen. Because the bachelor, the kitchen filled only pickup only. But I accidentally saw Mr. Freddy room door opened and I entered it into. I saw a collection of English-language literature on the shelves and desk, from magazines to books, almost all of them from abroad and there was a pornographic magazine from overseas and immediately opened the open. Ouch! The pictures are not playing. Guys and girls who are sex with various positions and for some reason the most interesting to me is a picture where a guy with a fun girl licking pussy girls and boys are sucking penis big, long and muscular.The unexpected sound Pak Freddy suddenly heard behind me, "Well! What are you doing there, Et. Let's eat, will trigger a cold rice ".
Gosh! I was startled as she turned to him but his face looks mediocre. Immediately threw the magazine into his bed and told me to get out with a stutter, "Ti .. ti .. no, uh, eng .. ggak doing anything, really, sir. Maa .. aa .. AAF, yes, sir ".Mr. Freddy just smiles, "Yes. Already it's okay. My room is messy. not good to browse through. We eat aja, yuk ".
Thankfully Mr. Freddy was not angry and yell, my heart seemed to calm down but shame can not be lost immediately.At dinner I asked, "Collection of really reading a lot sir. Emang had read all, yes sir ".He replied with a spoonful of fried rice to enter into his mouth, "Yaa .. aah, not all. Not bad for a fad ".Then I was fishing, "Why, was there such things".He asked, "Which is where such things".
I asked with some embarrassment and smiled, "Um .., Yes, that such things, tuh. Emm .., dirty magazine. "Then he laughed, "Oh, is it, anyway. That was a gift from my friend when he was to Europe ".We finished eating into the hall again, and just so happens that Mr. Freddy offered me to see the collection of readings.Then he offered, "If you're serious, we are into the room, yuk".I also immediately went to it. I rushed to her room and I took another porn magazine lying on his bed.
Once in the room, Mr. Freddy asked, "Yes you no shame?", I just shook my head. From then also Mr Freddy casually opened his jeans and I could see something big in it, then he menindihkan chest and keep getting stronger so it touches the vagina. I like to moan but I held back.Mr. Freddy asked, "Pain, Et".
I just shook my head, for some reason since then I started to let go and mulutkupun locked at all. The longer lick Pak Freddy increasingly bold and crazy. Apparently he was really drugged lust and do not remember going to his honor as a Master. I can only sigh, "aa .., aahh, Hemm .., u .., uuh".I finally buckled and kurebahkan me on the bed. Mr. Freddy was up and ask."Delicious, Et?""Not bad, sir".
Without directly asked Mr. Freddy ferociously kissed my mouth, as well as I serve him with one hand while you lust stroking mighty penis. Feel hard at all and seems to have stood up perfectly. His mouth began to suck on both nipples. Practically we both had not spoken again, everything is absolutely stupefied lust is blind. Mr. Freddy stopped merangsangku and taking pornographic magazines are still lying on the bed and asked me one hand while pointing to a boy put his penis into the vagina of a girl who seems resigned below.
"May I like this, Et".I did not answer and just blinked my eyes slowly. Perhaps Mr. Freddy thinks I agree and direct him to straddle my legs wide and sit in front of my vagina. His left hand trying to open up parts of my vagina is tight, while his right hand grasping his penis into my vagina and directing.
Mr. Freddy looks rather difficult to insert his penis into the vagina is still tight, and I felt a little pain as possible the muscles around the vagina is still stiff. Mr. Freddy warns, "Hold the pain, yes, Et". I did not answer because of the pain and continued to resist, "Akhh .., not playing when the pangs of the penile shaft Pak Freddy had started to go, I just wince but Mr. Freddy seems to have no care, continue to besiege his penis until it all and he immediately euthanize her on top of me. Both of my breasts a little depressed but feels good and sufficient to offset the pain in my vagina.
The longer the pain turned to pleasure the penis is in line with the movement of Mr. Freddy shake my vagina. I gasped, "Hah, hah, hah, ..". Pak hands Freddy's arms tighter and tighter to my body and my hands are spontaneously hugged her and stroked her back. The longer the movement of the penis Pak Freddy gives a sense of pleasure and felt in the vagina squirming and spinning.
Now rintihanku are moans of pleasure. Mr. Freddy then rather mengangkatkan body and hand stretched by his hands and palms clutching my hands and pressed hard against the bed and ouwww .., Mr. Freddy further strengthen and accelerate the shuffle of his penis and saw the look on his face that annoyance. The stronger and keep getting stronger so that my body and my head shook bergerinjal thither, and finally Mr. Freddy a little moan along with a sense of warm fluid in the vagina.
Apparently semen is already out and soon he took out his penis and lay down beside me and looked him still panting.After all was quiet he asked me, "How, Et? You okay? Sorry, yes ".I replied, smiling softly, "it's okay. Pak little sick. I am new to this first ".He said, "Equally, I".Then I kind of smiled and fell asleep because I was tired, but I do not know if Mr. Freddy is asleep.
At about 17:00 I was awakened by Mr. Freddy and apparently when I sleep she covered my entire body with a blanket. Appears to me that Mr. Freddy just a towel and said, "We shower, yuk. You have to go home right? ".I was still a little weak when you wake up and to remain in a state of naked I came into the bathroom. Then Mr. Freddy go for me to bring a towel. That's where we both take turns cleaning the body and I will no longer awkward when Mr. Freddy soaping around my vagina that are there are very few spots of blood which may be wound from a torn membrane daraku. So did I, did not feel disgusted again picking and cleaning the mighty penis.
Once all is completed, Mr. Freddy make me a cup of hot sweet tea. It felt so good and felt my body become refreshed. At about 17:45 I go home and say goodbye to Mr. Freddy gives a fairly intimate kiss on my lips. When I drive my car, imagine how the state of Papa and Mama and the good name of the school where I think the most historic events that had been caught. But I ignored it, I consider this as an experience only.
Since then, when there is spare time I come to the house of Mr Freddy to enjoy prowess and I'm grateful too, that the secret never gets out. Until now I still enjoy genjotan Mr. Freddy though I was a student, and as if we were both dating. Mr. Freddy never offered to me to marry me when I've finished college later, but I've never answered. What matters to me now is the first malignancy and might enjoy my English teacher's penis.
Well that's my story maksutkan adults and if you have not been satisfied with the story above mnerasa latest news invite you to look for it again from the various sites that discuss a variety of adult stories and the like. So first of I hope you feel happy with what I gave to you all.

Click Here!

Wednesday, January 4, 2012

Birahi di Atas Kereta

Perkenalkan, nama saya Maimunah, saya sering dipanggil Munah atau Monah. Almarhum suami saya adalah seorang Kapten kapal suatu perusahaan angkutan laut swasta. Umur saya sekarang 46 tahun, dengan dua orang anak yang sudah berumah tangga. Meskipun umur hampir setengah abad, kata orang saya masih cantik dan seksi. Pekerjaan saya sekarang adalah sebagai pedagang konveksi, bahan pakaian saya buat di Yogyakarta, dan dikirim ke Jakarta. Tulisan di bawah ini adalah pengalaman pribadi saya waktu pertama kali berkencan dengan pacar saya.


Entah sudah berapa kali saya naik kereta api malam begini, baru malam ini hati saya berdebar-debar. Ada yang saya takuti? Sama sekali tidak. Jantung saya berdebar-debar karena penumpang di samping saya yang sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku. Penumpang itu, seorang laki-laki ganteng yang memperkenalkan dirinya, namanya Nana Permana. Dia berumur kurang lebih 20 tahun lebih muda dari saya, dengan tubuh yang tegap dan kulitnya yang bersih. Meskipun sebagian besar penumpang di atas K.A. VIP Argo Dwipangga sudah lelap, mata saya bahkan tidak mau saya pejamkan. Padahal waktu itu arloji sudah menujukkan pada angka satu. Jam satu malam. Tidak ada lagi suara orang bercakap-cakap atau bergurau. Semua sudah larut dalam mimpinya sendiri-sendiri. Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, pemuda tadi menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut.

Ketika jari-jari tangan kanannya mulai meraba-raba payudara saya, rasanya saya mau berteriak keras-keras ingin memberontak karena kehormatan saya sebagai janda seorang Kapten kapal sedang dinodai. Tetapi saya malu. Nanti orang segerbong akan terbangun semua. Terpaksa saya biarkan saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dielus-elusnya seluruh permukaan buah dada saya, lalu diremasnya pelan-pelan. Kadang, buah dada saya ditekan-tekan, lalu diremas-remas lagi. Demikian berganti-ganti payudara kanan dan kiri. Setelah meraba, menekan dan meremas-remas, putingnya dipilin-pilin di antara jari telunjuk dan ibu jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa nikmat. Payudara saya memang besar, seperti juga pantat saya. Meskipun payudara saya itu tidak lagi kencang seperti waktu muda, tetapi isinya masih padat. Perasaan apa ini? Mungkin perasaan nikmat yang tidak pernah saya rasakan lagi setelah 10 tahun ditinggal suamiku karena dia telah meninggal. Sejak itu, buah dadaku tidak ada yang meraba, demikian juga vaginaku tidak ada lagi yang "mengisi". Tetapi malam ini, kurasakan kembali kenikmatan itu. Apalagi tangan kiri Mas Nana, juga mulai meraba pantatku.

Tidak itu saja. Tangan pemuda itu juga mulai turun, mengelus-ngelus perutku. Ke bawah lagi, tangan itu menggelitik vaginaku. Mula-mula bibir vaginaku diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya menekan-nekan klitorisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi dan berniat akan berteriak. Saya menikmati perangsangan pada vaginaku. Belum lagi sesekali jari telunjuknya dimasukkan ke liang vagina. Pelan-pelan jari itu diputar mengelilingi seluruh dinding vagina, sambil dimasukkan lewat bibir vagina dalam (labia minora). Aduh, bukan makin. Birahiku semakin terbangun setelah sekian lama saya tidak merasakan birahi yang memang sudah saya tunggu-tunggu. Cairan vagina mulai merembes dari dalam vagina. Saya rasakan debar jantung saya semakin kuat, nafasku sedikit tersengal. Tetapi di tengah gejolak berahiku tersebut, pemuda tadi berbisik, "Kita lanjutkan, di kamar kecil. Saya tunggu!"

Entah setan betina mana yang telah merasuki tubuhku. Yang jelas, bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa menit kemudian, saya menyusul pemuda tadi. Sampai di depan kamar kecil, pintunya sudah dibuka oleh Mas Nana. Saya kemudian masuk.
"Aduh... ibu cantik sekali..."
Tersentak juga saya mendengar ucapan pemuda tadi (Cantikkah saya?), tentu. Mana ada janda seorang Kapten kapal yang tidak cantik. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak. Seberapa cantikkah? Tidak perlu susah-susah membayangkan. Kata orang, saya mirip artis film hot Eva Arnaz, itu artis yang lama pacaran dengan Adi Bing Slamet itu. Namun belum sempat saya menyambut ucapan pemuda yang wajahnya imut-imut mirip bintang sintron Anjasmara, leherku sudah dipeluk dengan kedua tangannya.

Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya. Ditekannya kuat-kuat, sampai hidung saya tertindih hidung Mas Nana. Karena jadi sulit bernafas, tanganku mendorong dada Mas Nana. Tetapi Mas Nana bukannya mundur, tetapi justru serangannya semakin menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher, bawah telinga, serta daerah dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif bagi wanita. Mungkin parfum lembut yang saya pakai ikut juga merangsang nafsu birahi Mas Nana, terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang ingin cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat terangsang dengan bau parfum rambut dan body-lotion Mas Nana. Dan gelegak birahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu birahi serangan total Mas Nana.

Disamping wajahnya yang dienduskan ke seluruh tubuh saya, kedua tangannya seolah memegang kemudi yaitu buah dada saya. Meremas, menggoyang-goyang, memutar-memutar dan entah diapakan lagi, semuanya memberikan kenikmatan yang luar biasa. Dengan menempelkan penisnya ke vagina saya, saya seolah diajak terbang memasuki alam maya surga kenikmatan yang sudah lama tidak saya rasakan. Pegangannya ke payudaraku kadang dipindahkan ke alat vital saya, dielus-elus, ditarik-tarik klitorisnya. Rasanya diperlukan lima pasang tangan lagi untuk dapat meraba, menggerayangi, memijat-mijat seluruh tubuhku yang sintal ini sekaligus. Kemudian pindah lagi, sekarang kedua telapak tangannya mencubit dan mencowel pantatku seperti mencowel kue.

Karena terasa sakit, dengan manja saya membisikkan, "Sakit Mas..."
"Habis gemes siih..." jawabnya sambil mencowel lagi.
"Aduhh... Mas... jangan... sakit... sakit sekali... Mas nakal..." desahku
Lama-lama saya tidak kuat lagi bergumul sambil berdiri seperti ini. Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran listrik kebirahian di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan benda bulat, padat dan hangat yang sejak tadi berada di antara kedua pahaku.
"Mas Nana... saya sudah ngga kuat Mas... masukkan sekarang Mas..."
"He ehh.. iya... iya... sayang..." katanya terbata-bata.

Saya didudukkan di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Dan benda nikmat itu pelan-pelan dimasukkan ke liang vagina saya.
"Bleeessss..," bunyi batang kejantanannya memasuki liang nikmatku.
"Aduh... nikmatnya..." teriakku dalam hati.
Setelah masuk, penis itu tetap diam, tidak ditarik keluar. Ini merangsang dinding bagian dalam vaginaku yang langsung mulai meremas-remas benda hangat tadi. Saya rasakan vaginaku seperti berdenyut. Orgasmus. Oh... alangkah nikmatnya. Meremas secara ritmis, mula-mula kuat, lama-lama melemah seiring dengan dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur.

Ibarat seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang pasir, itulah rasa nikmat yang saya dapatkan lewat vagina saya. Sudah 10 tahun tidak diberi "makan". Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil menciumi pipi dan belakang telingaku, batang kemaluan Mas Nana dimasuk-tarikkan ke liang vagina saya yang merekah. Listrik birahi makin meningkat voltasenya. Entah berapa kali vagina saya ber-orgasmus secara beruntun dalam jarak yang demikian pendek. Mungkin lima kali atau lebih saya merasakan orgasmus. Pria yang sudah tua atau kurang perkasa biasanya sudah "loyo" saat batang kemaluannya "dikunyah" vagina wanita seperti saya. Meskipun oragasmus-ku sangat kuat, tetapi batang kemaluana Mas Nana tetap kuat, padat dan hangat. Tidak kendor, loyo atau kempes.

"Hebat benar lawan mainku saat ini." kata saya dalam hatikarena merasakan nikmat tida tara.
Kini badan saya mulai lemas. Orgasmus yang saya rasakan memakan energi yang cukup banyak. Ya... seperti energi seseorang yang bergulat sambil berlari. Keringat panas keluar dari tubuh saya bercampur dengan keringat Mas Nana yang benar-benar menaikkan birahi kami.
"Saya tembakkan sekarang ya... yang.. sayang...?" bisiknya lembut.
"He... ehh.. saya sudah terangsang sekali Mas..."
Kini batang kejantanan Mas Nana mulai "memompa" vaginaku. Masuk-keluar dan terus masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama makin cepat. Vaginaku terasa seperti di"charge" (disetrum listrik).

"Terus... terus... masuk-keluar... masuk-keluar... in-out... in-out... terus..." pintaku dalam hati karena membawa perasaan yang luar biasa.
Saya tidak bisa membayangkan wajah saya. Saya juga tidak dapat membayangkan rambut saya yang sudah diacak-acak jari Mas Nana saat menggumuli saya. Tetapi saat batang kejantanan itu dipompakan ke vagianku, saya tidak dapat menceritakan rasanya. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur, saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat kepanasan.

Tiba-tiba, "Dukk..!" batang kejantanan milik Mas Nana berhenti bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitaku. rupanya dia mengalami ejakulasi. Air mani Mas Nana meyemprot ke dalam liang vagina saya. Rasanya saya seperti kram. Pantat Mas Nana secara refleks saya tarik dan tempelkan kuat-kuat ke permulaan vagina saya. Saya lihat Mas Nana menikmati sekali puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendor. Rasanya seperti baru saja megikuti lomba lari cepat. Kami berdua mandi keringat. Keringat birahi. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerbong kereta api yang sedang berjalan.