Pengalaman pertama berhubungan seks. Malam pertama sepasang pengantin
baru memadu kasih. Berbekal pengetahuan seks yang didapat dari internet,
dikeheningan malam Si Joni mulai menjalankan misinya, misi sebagai
seorang suami untuk pertama kalinya. Dengan penuh syahdu, si Joni tampak
menikmati momen demi momen malam pertama yang dilaluinya. Seperti apa
kisahnya, simak cerita dewasa berikut ini…
Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang
dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang
amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah
jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta,
sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang
memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia,
yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran
para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang.
Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi
rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang
kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak
terlalu “bersih”, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat
Heavy Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan
tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini.
Aku bangga akan hal itu.
Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh
membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia
untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi.
Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim,
lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.
Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke
hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin
bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang
semakin memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai
menjalar ke depan, perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar.
Sungguh pintar dia ini memilih daster yang berkancing di depan dan hanya
4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak
lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang
sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang
coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun
segera terlempar ke lantai.
Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas
singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam
masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu
kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil
berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke
lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah
kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting
susunya yang sudah mengacung keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak
jelas. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah
itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan
memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru,
aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan.
Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke
bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar
mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya,
yang membuat nafsuku semakin bergelora.
Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya.
Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima
darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung
gagah. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke
paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil
sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak
terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak
sabar, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju
mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam
kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain.
Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke
kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan
semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku
mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging
sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh dia mulai
menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke
bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi.
Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada
dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku,
maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian
terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama
telah berhasil kupersembahkan untuknya.
Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
“Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”
Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu
dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus
ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang
begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah
dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan
klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya
yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan
sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu
tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas
bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik
turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.
Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku
dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati
untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga
rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.
Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya.
Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan
kudorong masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan,
tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat
ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan!
Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.
Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan
lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk
menyakitinya.
Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia
meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam
itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari
oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila
seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu
tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat
tenaga?
Malam Kedua.
Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, diikuti oleh
beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada
rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata
Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu.
Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara
Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.
Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkawinan, yang
di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita. Sambil
berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi
halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada
halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing.
Giliran pertama, dia membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di
buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan
keras. dia mengelus dan membolak balik “benda” itu sambil
memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan
mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku
belum mendapat giliran.
Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di tempat tidur, menarik
lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu,
tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi
telungkup di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya.
Terlihat bagian dalamnya yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan
dua jari, kubuka dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru
kali ini aku melihat kemaluan seorang wanita dengan jelas. Walaupun
sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat apalagi memerhatikannya
karena selalu kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu bahwa
klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa
mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang
Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku
bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kujaga
utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu
ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah.
Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa
bentuk lubang tersebut.
Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai
kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang
basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih
dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak
rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan
benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang
kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme
wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang
selama ini hanya jadi teori semata.
Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat
sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi
berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di
depan kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan
mengulum kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada
tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi
seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke
atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali
melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda.
Hampir bobol pertahananku menerima jilatan dan elusan lidahnya yang
hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke mulutnya
seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya
seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah posisi. Muka
kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu.
Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah
kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas,
dia memintaku untuk melakukannya pelan-pelan.
Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan apa yang
telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang
Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia
merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku.
Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat
sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat
menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit, dengan
perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu
sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit.
Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di
sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya.
Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat.
Dia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan
itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang
kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina dia tercinta. Aku
bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia dengan
mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia membuka
matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga
sangat bahagia.
Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, begitu
terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, dia mendesah, dan kali ini,
bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia sudah mulai dapat
menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti
membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali
ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama dalam arti
sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh
telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan
lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting ke kiri dan ke kanan,
diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin bergelora.
Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di
punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil
menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma
sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.
Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat, sambil berucap
terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil
tersenyum dia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga
baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa
kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu
melindungi benih yang akan tumbuh itu.
Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara
dia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur.
Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat,
kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang
pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu,
aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang
sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama,
sehingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan
kelelahan yang amat sangat.
Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah
dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40
tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak
jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh
cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun
yang kurasakan dari dia.
No comments:
Post a Comment